.: THIS BLOG IS BUILT AND DEDICATED TO YOUR EYES ONLY :.

Friday, May 9, 2008

the other side of me... (memoar sidney sheldon)

Hidup seperti novel kan? Penuh ketegangan. Kau tidak tau apa yang akan terjadi hingga kau buka halamannya

Apa yang akan anda lakukan ketika mendapati anak Anda akan bunuh diri?

- Panic -

- Menceramahinya? -

- Membawa ke psikiater? –

Paling tidak anda akan mendapat pencerahan dengan sepenggal pengalaman Sidney Sheldon. Barangkali ayah Sidney hanya seorang salesman berupah rendah. Tapi sebagai orang tua dia tidaklah kacangan. Dia tau, dan mengerti bagaimana watak anak-anaknya meski dia tak harus selalu tau masalah yang dihadapi anak-anaknya. Hingga ketika sang anak ditemuinya bermasalah, dia dapat mengambil tindakan yang bijak dan tepat.

Barangkali memang Sidney tidak yakin untuk memilih mati. Dan kita bilang, bukan takdirnya. Atau itu memang yang sering dialami penderita manic depresif, kesedihan yang menukik tiba-tiba. Akumulasi dari kumpulan yang menghantam tiba-tiba. Kesepian, kesedihan, kegagalan, ketakberdayaan. Ataupun kekosongan yang datang begitu saja. Ya apalah katamu Rang…

Inilah kisah si Jago Cerita Se-dunia. Yang ditulis dengan tangannya sendiri. Seniman multi talenta. Seorang pianis, pengarang lagu, penulis opera legendaris “broadway”, produser film, penulis skenario, sutradara. Dan tentu saja penulis novel!

Tell me your dream, Don’t be afraid of dark, Bloodline, Rage of Angelsdan yang lainnya yang telah ditulisnya membuktikan dia pernah ada dan menjadi seorang tokoh tukang cerita kelas dunia. Film-filmnya, karya-karyanya yang pernah dipentaskan Broadway. Musiknya. Telah menjadi sebuah sejarah dalam dunia satra dan seni.

Dia seniman yang menyandang bigname. Namun membaca memoarnya kita akan terkagum-kagum dengan pribadinya yang humble. Sudah jadi rahasia umum—pun saat itu—Hollywood adalah simbol kegilaan. Biang kebobrokan. Perintis dekadensi moral. Penyebar gaya hidup hedon. Dan rasa-rasanya pribadi seperti Sidney Sheldon tidaklah banyak diantara sekian manusia yang bercokol di sana. Menjadi orang “bener” diantara orang sinting tanpa dicap aneh.

Memoar ini 447 halaman. Namun tampak tipis kertasnya kertas buram bukan hvs. Sayang, tidak bisa lebih tebal lagi. Seribu halaman pun saya takkan lelah membaca. Sidney mengemas memoarnya dengan gaya penceritaan novel. Humornya tersebar dimana-mana. Pengalamannya yang luar biasa digarap dengan begitu menggelitik, tak jarang saya tertawa sendiri.

Sebagaimana kisah kebanyakan pengarang-pengarang terkenal. Jaman susah pun pernah dilalui Sheldon.

Pribahasa “tak ada kesuksesan yang jatuh dari langit” pun tak terkecuali bagi manusia multitalenta ini. Setelah upaya jungkir baliknya terasa sia-sia tak membuahkan hasil. Sidney akhirnya berpikir barangkali sudah waktunya dia bersikap realistis. Angkat koper, pulang ke kampung halaman dan melupakan mimpi-mimpinya menjadi penulis, jika saja dia tak mendapat dering telepon keberuntungannya pada suatu sore.

Bagaimana kisah Sidney merebut kesempatan masuk dunia kepenulisan dengan cara yang rasa-rasanya mustahil bagi orang lain : membuat sinopsis novel setebal empat ratus halaman, sebanyak tiga puluh lembar dengan hanya tempo waktu kurang dari setengah hari, tanpa keahlian mengetik, tanpa membaca novel itu sebelumnya? Dan tulisan sinopsisnya sekelas penulis profesional? Bagaimana dia mensiasatinya!

(…aku tidak punya transportasi. Aku mengetik sebelas jari, dan mengetik sinopsis tigapuluh halaman akan memakan waktu sampai kiamat, dan sampai kiamat itu bahkan belum waktu membaca novel setebal empat ratus halaman…)

Edan!

Orang lain mungkin akan menyerah dan memilih pulang kampung menghadapi hal yang mustahil tersebut. Namun Sidney mempunyai sebuah rencana dalam kepalanya.

Anda ingin tau cara agar 108 memberi alamat?

Tanya pada Sidney. Dengan kecerdikannya menjebak-jebak kalimat, Sidney dapat membodohi operator telepon hingga menyebutkan alamat tanpa sadar. Cari tau cara dia mengakali kebijakan menyebalkan perusahaan telpon yang melarang operatornya menyebutkan alamat.

Bagaimana orang yang piring sendi punggungnya sewaktu-waktu dapat tergelincir dan mempunyai penglihatan minus berhasil jadi pilot?

Kisah tes mata Sidney Sheldon ini telah membuat saya terpingkal-pingkal. Betul-betul konyol. Dan gokil. Ingin sekali saya menceritakan pada Anda, betapa sedengnya ulah Sidney mengelabui dokter mata. Namun tentunya akan mengurangi keasikan anda ingin membaca memoar ini.

Selalu INOVATIF!

Sidney selalu mempunyai cara yang unik dalam apapun yang dikerjakannya. Bahkan sewaktu menjadi tukang teriak bioskop pun dia sudah kreatif.

Beberapa hari setelah aku mulai bekerja sebagai tukang teriak, bisnis di gedung bioskop mulai terangkat.

Aku berada diluar, di luar gedung bioskop sambil berteriak, “Anda tidak akan mau melewatkan conquest, yang dibintangi Greta Barbo dan Charles Boyer. Dan satu lagi hadiah buat anda—Nothing Sacred, dengan Carole Lombard dan Fredric March. Inilah pasangan kekasih terhebat di dunia, yang akan mengajarkan kepada anda cara menjadi pasangan kekasih hebat. Dan karcis masuknya cuma 35 sen. Dua pelajaran cinta seharga 35 sen. Inilah tawaran termurah abad ini. Cepat, cepat, cepat. Dapatkan karcis Anda sekarang!”

Dan para pelanggan berdatangan.



“Dimana anak sialan dari Chicago itu?”

“Kenapa?”

“Manajer jaringan gedung bioskop RKO menyuruh setiap tukang teriak yang kita punya untuk datang dan melihat anak sialan itu dan melakukan apa yang dilakukannya”

“Akan kuberitahu dia kalau dia sudah kembali”

Aku membalikan badan dan berkata dengan suara percakapan biasa. “Tempat terbatas. Jangan sampai kehabisan tempat duduk. Tempat terbatas di dalam”


Ikuti pengalaman edan-edanan Sidney Sheldon yang seru, lucu serta kadang mengharukan dalam memoarnya yang singkat.

SEBAB?

Sebab tak ada yang biasa dengan Sidney. Apapun yang dilakukannya. Apapun yang dipikirkannya. Apapun yang ditulisnya. Begitupun dengan memoarnya. Kita dapat terpingkal-pingkal di sini ataupun turut bersedih bersama semua yang pernah dialaminya. Mulai dari penggantian nama dari Sidney Schectel menjadi Sheldon. Pengalaman unik dengan orang-orang sedeng hollywood sampai kisah sedih kehilangan anak. Dan kisah unik ketika mengunjungi pelosok dunia dalam rangka riset pembuatan novelnya. serta kisah-kisah lainnya.

Barangkali ketika menulis memoar ini Sidney telah merasa akan segera pergi. Maybe this the right time to die. Karena cita-citanya semua telah kesampaian. Dan karya-karyanya, paling tidak tetap hidup dalam kepala para penggemarnya. Dan perjalanan hidupnya telah menjadi sejarah yang terekam entah dalam tinta atau dalam pita seluloid atau pun dalam keping dvd.

Selamat jalan Mr. Sheldon!

1 comment:

Abu said...

Saya sering membaca novelnya. Namun sepertinya memoarnya lebih menarik :D Konyolnya, kalau tidak membaca Mr.Sidney Sheldon dibawah tulisang akang saya akan selalu mengira beliau itu seorang perempuan. Hahahaha (betapa lucu dunia#)